Mahasiswa Universitas Surabaya Rancang Mesin Giling dan Pengering Garam Terintegrasi fadjar January 16, 2010

Mahasiswa Universitas Surabaya Rancang Mesin Giling dan Pengering Garam Terintegrasi

Miniatur Berkapasitas 20 Kg Per Jam

Terinspirasi usaha ayahnya di bidang produksi olah garam, Alexander Edward Tanoko, mahasiswa Teknik Manufaktur Universitas Surabaya, merancang mesin pengering penghalus gawam. Rancangan itu diklaim punya nilai lebih daripada mesin lain yang sejenis.

Garam yang beru dientas dari ladang biasanya masih basah, bercampur tanah, kerikil dan kotoran lain. Agar bisa dikonsumsi, garam harus dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan lebih dulu. Itulah yang dilakukan para produsen olahan garam.

Mesin pengolah garam, kata alexander Edward Tanoko, biasanya dibangun terpisah antara mesin penyaring, pengering, dan pencacah atau penggiling. ‘Karena berukuran cukup besar, biasanya antarmesin diletakkan dalam jarak berjauhan,’ katanya.

‘Dengan demikian, ketika proses pengolahan berikutnya, bisa jadi kebersihannya kurang terjaga,’ lanjutnya. Apalagi jika mesin belum mampu menjaga higienitas garam yang dihasilkan.

Karena itu, dalam tugas akhirnya sebagai mahasiswa manufaktur, Alex merancang mesin pengering dan penggiling yan terintegrasi. Mesin pengering, penyaring, dan penggiling menjadi satu.’ Itu kelebihan mesin ini,’ ujar Alex.

Bentuknya mirip mesin penggiling padi (selep). Bedanya, ada pipa panjang yang menghubungkan mesin pengering dan penggiling. Satu unit mesin tersebut terdiri atas tiga bagian. Yakni, mesin pengering, pipa, dan mesin penggiling. Masing-masing mesin disangga besi.’ Jadi, mesinnya punya kaki,’ kata Alex lalu tertawa. Kaki itu memudahkan mesin dibawa ke mana-mana.

Proses kerjanya, garam kasar dimasukkan ke mesin pengering yang memakai prinsip rotary dryer. Sistem itu menggunakan putaran roda yang dihubungkan dengan heater (pemanas) uap air. ‘Pengeringan dibuthkan agar garam yang digiling lebih bagus dan halus,’ papar mahasiswa asal Bondowoso tersebut.

Jawa Pos, 16-01-2010