Belajar Free Software bersama Richard M Stallman di Universitas Surabaya fadjar November 16, 2009

Belajar Free Software bersama Richard M Stallman di Universitas Surabaya

Suasana berbeda nampak di SGFT pada 9 November 2009. Di sini berkumpul ratusan mahasiswa dan beberapa dosen. Mereka menantikan tamu istimewa yang akan memberikan kuliah tamu pada hari ini. Tamu tersebut tak lain adalah Richard M Stallman, bule asal Amerika Serikat pemrakarsa lisensi Free Software sekaligus Founder GNU. Ia datang ke kampus Ubaya dengan didampingi beberapa rekannya.

Mengusung tema “Copyright vs Community, in The Age of Computer Networks“, Stallman dengan semangat membuka wawasan mengenai free software movement yang terjadi pada saat ini. Ia menuturkan bahwa seharusnya gerakan open source sudah banyak digunakan. Ia tidak menggunakan handphone sebagai sarana komunikasi, karena ia menganggap bahwa software yang digunakan dalam handphone merupakan software propretiary atau oleh Stallman yang ternyata bisa berbahasa Indonesia dengan cukup baik ini diterjemahkan perangkat lunak ‘penakluk’.

Stallman mengawali diskusi dengan menjelaskan tentang latar belakang pendirian GNU tahun 1983, yang terkenal sampai sekarang. “Software yang ada, harus free yang berarti bebas not cuma-cuma,” ujar pria gondrong ini. Hal ini berdasar pada banyaknya pengguna software yang jumlahnya mencapai jutaan, dan tujuan kebebasan sehingga keberadaan software bebas penting. Namun, kebebasan digunakan hanya sebatas kebutuhan saja.

Stallman juga dengan tegas menuturkan bahwa Ubaya, harus mengganti semua software- nya dengan software free. “Universitas harus menggunakan software free, karena software yang sekarang (software bayar) melanggar prinsip freedom,” tegas Stallman dengan bahasa Indonesia yang terpatah-patah.

Penjelasan Stallman ini mendapat respon positif dari rekan-rekan mahasiswa. Peserta dengan seksama mendengarkan penjelasan bule nyentrik ini. “Stallman mengerti kebutuhan masyarakat. Ia mencetuskan software itu harus free, keuntungan bukan milik perusahaan semata. Namun, user juga bisa mengutak-atik program sendiri sesuai keinginannya,” ujar Maria, mahasiswi Informatika 2008.

Disinggung mengenai perasaan ketika menyampaikan materi selama tiga jam di Ubaya, Stallman memberikan pernyataan luar biasa. “Presentation make me energetic,” ucap pria dengan brewok lebat ini. “Pertanyaan yang ada juga bagus. Saya puas karena bisa menjawab dengan bahasa Indonesia pertama kali,” lanjut Stallman.

Pihak Ubaya khususnya Teknik Informatika pun tak ketinggalan. Mereka bangga berkat kesuksesan mendatangkan orang nomer satu di bidang open source ini. “Kami sangat bangga dan puas bisa mendatangkan orang sehebat dia. Tidak semua orang bisa mendapat keistimewaan itu, dan hal ini sulit untuk diulangi lagi,” tutur Lisana, kajur Informatika. (re2/wu)