Sebar Satelit Audit di Jurusan fadjar October 31, 2009

Sebar Satelit Audit di Jurusan

Perlunya penjaminan mutu akan kualitas pendidikan di perguruan tinggi, merupakan suatu langkah yang harus dimiliki agar stakeholder merasa puas dan nyaman. Situasi inilah yang mendorong Ubaya sebagai salah satu perguruan tinggi kenamaan di Indonesia, untuk terus memacu meningkatkan kualitas dan mutunya sebagai lembaga pendidikan. Alhasil, pada 26-28 Oktober 2009, Quality Assurance (QA) Ubaya mengadakan Pelatihan Audit Mutu Akademik Internal (AMAI) di ruang B1.1 Kampus Ubaya Ngagel.

Menurut Idfi Setyaningrum, selaku manajer QA menuturkan awalnya sistem penjaminan mutu bersifat sentral atau hanya berada di tingkat universitas. Namun, Prof Drs ec Wibisono Hardjopranoto MS, yang tak lain adalah rektor Ubaya tersebut, menginginkan sistem ini juga dikembangkan di tingkat jurusan.

Diikuti 17 orang yang berasal dari wakil tiap jurusan, departemen Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Mata Kuliah Umum (MKU), dan wakil QA dalam PHKI. Para “satelit” audit ini merupakan anggota sentra penjaminan mutu. “Kami menyebutnya mereka sebagai satelit, karena penjaminan mutu dengan sistem sebar satelit di jurusan dapat mempercepat penjaminan mutu, terutama secara akademik,”jelasnya. Audit jurusan yang dilakukan adalah dengan saling silang. ”Misalnya, dosen memiliki perencanaan acara studi. Pelaksanaannya itu sudah sesuai belum. Jika ada protes dari mahasiswa, tindak lanjut apakah yang dilakukan,” jelas wanita berkaca mata ini.

Pelatihan ini sendiri menghadirkan dua narasumber dari Institusi Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu Ir Sritomo Wignjosoebroto MSc dan Ir Sudiyono Kromodihardjo MSc Phd. Input, proses, dan output (hasil akhir) merupakan proses dalam produksi. Dalam lembaga pendidikan, inputnya antara lain mahasiswa baru (maharu), dosen, dan karyawan, sedangkan outputnya yakni lulusan. ”Subsistem yang membuat manajemen mutu, tak bisa melakukan inspeksi atau pemeriksaan juga,” ujar Sritomo. QA dalam proses ini berlaku sebagai penjamin kualitas secara internal. Sedangkan Badan Akreditasi Nasional (BAN) merupakan penjamin kualitas dari eksternal.

Dalam penjaminan mutu setiap pihak berperan penting, baik pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa. ”Total Quality Management memerlukan partisipasi seluruh anggota dari organisasi,” tambah dosen Teknik Industri ITS itu. Selain itu, suasana lingkungan juga harus kondusif. Penjaminan mutu ini harus dilakukan secara berkelanjutan atau continuos improvement. Sebab permintaan dari stakeholders, misalnya pimpinan, mahasiswa, orang tua, kian berubah.

Visi misi lembaga telah ditetapkan. Akan tetapi, belum tentu kebutuhan stakeholders terpenuhi. Oleh karena itu, perlu adanya siklus penjaminan mutu. Siklus itu meliputi evaluasi diri, perbaikan internal, evaluasi eksternal, keputusan akreditasi, dan perbaikan internal dan pembinaan. (rin)