Memaknai Perjalanan di Program Profesi Apoteker fathulhusnan February 16, 2009

Memaknai Perjalanan di Program Profesi Apoteker

Pagi itu hujan deras menguyur kota Surabaya dan sekitarnya, membuat badan malas untuk bangkit dari peraduan. Seharusnya jam 7 pagi itu para Laskar 36 (sebutan untuk Apoteker angkatan 36 Ubaya) melaksanakan kegiatan Pekan Olahraga Apoteker. Akan tetapi, derasnya hujan membuat rencana ditiadakan dan plan B harus dilaksanakan. Hari itu seluruh kegiatan akademik Program Apoteker XXXVI ditiadakan supaya dimanfaatkan untuk persiapan pembekalan Praktek Kerja Profesi (PKP) selama seminggu. Namun, disela-sela kesibukan itu tidak menjadi halangan para calon Apoteker melaksanakan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) sebagai plan B pada hari senin, 9 Februari 2009.

Sebagai wujud kepedulian dan mengasah kepekaan terhadap sesama, kegiatan bertajuk ‘Baksos adalah Ibadah untuk Melayani Tuhan’ dilaksanakan di sebuah panti asuhan di ujung utara kota Surabaya, tepatnya di Panti Asuhan Karunia, daerah Bulak (Kenjeran). Beberapa doz baju layak pakai, sumbangan dalam bentuk uang dan beras dikumpulkan oleh seluruh anggota Laskar 36. Semua diterima langsung oleh pengurus sekaligus pengelolah panti, Ibu Tien. Para Laskar 36 mendapatkan pengalaman baru dan cerita bagaimana seharusnya melakukan kebaikan, seperti dikatan oleh Bu Tien, ‘Hidup itu akan berguna bila bisa memberi kemudahan dan kebahagian untuk orang lain dan Tuhan pasti akan membalasnya’.

Selama ini, Laskar 36 melakukan kegiatan tanpa pernah berhenti dan bersyukur akan karunia Tuhan. ‘Acara Baksos ini janganlah menjadi akhir bagi kita untuk berbuat baik/berbagi terhadap sesama, tetapi jadikanlah acara ini menjadi awal bagi kita untuk sadar dan memulai ternyata masih banyak dari saudara-saudara kita yang masih membutuhkan bantuan kita dan kalau bukan kita yang membantu, siapa lagi?’ komentar singkat dari ketua rombongan, Satria Sukma Dewantoro, S.Farm pada acara Baksos.

Tampak Laskar 36 yang hadir di Panti Asuhan merasa tersentuh dengan keadaan dan perjuangan para pengasuh. Mereka tetap memperjuangkan hak-hak anak asuhnya dalam pendidikan, walau masih dipunguti biaya sekolah. Dengan doa dan kerja keras para pengasuh, seluruh anak asuh dapat bersekolah seperti anak lainnya.

‘Semoga, kakak-kakak lulus semua dengan nilai yang memuaskan dan menjadi anak Tuhan yang selalu berbakti. Amin,’ ucap Ibu Tien ketika rombongan Laskar 36 meninggalkan lokasi. Melihat kegiatan yang berlangsung spontan ini, seakan membenarkan kalimat dari seorang yang terkenal pada jamannya (Frank Tibolt), yang berbunyi : ‘..Kita seharusnya diajar untuk tidak menunggu inspirasi untuk memulai sesuatu. Tindakan selalu melahirkan inspirasi, sedangkan inspirasi jarang diikuti dengan tindakan..’ Semoga Laskar 36 selalu menjadi penggerak dan menjadi generasi yang bermanfaat dan bahagia.
(I Nyoman Sumerthayasa, S.Farm)