Mengangkat Tema Seks untuk Tugas Akhir, Lulus Terbaik fadjar October 20, 2008

Mengangkat Tema Seks untuk Tugas Akhir, Lulus Terbaik

Masalah seksual sejak zaman baheula memang selalu menarik, mulai remaja hingga dewasa. Untuk itulah para mahasiswa banyak menggunakan materi tentang seluk-beluk seks untuk kajian penelitiannya. Termasuk Puspa Citra Rezky, Vonny Ika Yuniawati, dan Anggraeni Maria Chandra, mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya (Ubaya).

Mengangkat tema seks untuk tugas akhirnya, mereka lulus terbaik dan diwisuda Sabtu (18/10) pagi tadi bersama 970 mahasiswa jenjang S2, S1, dan Politeknik lainnya di Kampus Jl Raya Kalirungkut.

Puspa mengangkat tema gaya berpacaran remaja di lingkungan Dolly. Vonny memilih tema pengakses online seksual di kalangan pengguna warnet. Sedangkan Anggraeni mengangkat tema faktor kebahagiaan dalam sebuah keluarga.

Sedangkan wisudawan cumlaude Ubaya adalah Yessy Veroniva Chandrawati dari Fakultas Teknik Kimia dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)-nya 3,97. Tugas akhirnya di luar seks, yakni berjudul Desain Proyek Aseton dari Isopropanol dengan Proses Dehidrogenasi Kapasitas 13.200 ton Per Tahun.

Puspa, Maria, dan Vonny sama-sama mengaku bahwa saat ini masalah seksual sudah bukan hal tabu lagi untuk dibicarakan di kalangan remaja sekalipun. Untuk itulah, pendidikan di sekolah tingkat SMP atau SMA sebaiknya para siswa sudah dibekali masalah seks, agar saat menginjak usia Anak Baru Gede (ABG) dan mulai mengenal lawan jenisnya, mereka bisa mengetahui mana yang sebaiknya dijalani atau tidak.

Hasil penelitian Puspa, gaya pacaran anak sekolah yang tinggal di lingkungan Dolly ternyata tak terpengaruh oleh lokalisasi pekerja seks komersial terbesar di Asia Tgenggara tersebut. Pengaruh utamanya tetap pada minimnya pengetahuan, teman, dan media massa.

Tak heran gaya pacaran ABG di sekitar Dolly sudah menjurus ke making love (ML) dan petting. Usia siswa yang disurvei Puspa masih menginjak bangku SMP, SMA, dan mahasiswa. Gaya pacaran ini umumnya didapat dari teman, internet bukan karena kedekatan tempat tinggal mereka dengan Dolly, katanya.

Penelitian Vonny tentang seks online tak kalah menggelitiknya. Dia melakukan survei untuk TA (tugas akhir)-nya selama 6 bulan. Lokasinya di warnet teman, di sekitar Kampus Ubaya Rungkut.

Saya mendapati banyak ABG suka buka situs porno. Padahal masa survei saya itu, undang-undang informasi teknologi (UIT) dari Menkominfo tentang pemblokiran situs-situs porno dari luar negeri ke Indonesia sudah keluar sekitar bulan Mei – Juni 2008 lalu, katanya.

Saat dia mencoba tanya ke mahasiswa, mereka bilang tertarik membuka situs porno karena penasaran dengan seputar masalah seksual. Itu menandakan bahwa ada-tidaknya UIT tersebut tak mempengaruhi keingintahuan masyarakat terhadap segala sesuatu tentang dunia seks. Makin dilarang, makin pintar pula seorang maling untuk mencuri sesuatu yang dia ingini, katanya.

Dan, masalah-masalah seksual itulah yang akhirnya menarik perhatian Maria untuk mengkaji faktor-faktor keluarga bahagia dari berbagai pengalaman orang yang ada di sekitar kehidupannya sendiri. Ternyata masalah seks bukan faktor utama keluarga bisa bahagia. Ada banyak faktor kebahagiaan keluarga diantaranya komunikasi, tanggung jawab, kebersamaan, rasa percaya, dan saling menghormati, terang Maria. (ary)

Sumber : Surabaya Post, 18 Oktober 2008