Bersaing Menuju Panggung Juara di Kontes Robot – Mulai Jalan Mirip Bebek hingga Bisa Dinaiki Manusia fathulhusnan March 22, 2008

Bersaing Menuju Panggung Juara di Kontes Robot – Mulai Jalan Mirip Bebek hingga Bisa Dinaiki Manusia

Kontes Robot Indonesia (KRI) maupun Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) tidak sekadar adu gengsi antarkampus di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kompetisi tahunan ini juga bisa menjadi hiburan bagi masyarakat. Karena itu, pada kontes tahun ini, banyak robot-robot yang unik dan menarik.

Universitas Surabaya (Ubaya) mengusung ambisi khusus dalam lomba robot paling bergengsi tingkat nasional pada tahun ini. Yakni, menjuarai banyak nomor dalam ajang Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Untuk itu, empat robot sekaligus ditarungkan dalam kontes di kampus ITS pada Mei mendatang.

Keempat robot itu adalah Red Light-Teus, White Maru-Teus, Black Ant-Teus, dan Blue Duck-Teus. Sepintas, nama-nama robot andalan Ubaya tersebut memang punya marga khusus, yaitu Teus. Kata itu ternyata menunjukkan identitas kampus, Teknik Elektro Universitas Surabaya sehingga kalau disingkat berbunyi TEUS.

‘Nama ini sudah ada dalam beberapa tahun. Setiap kami tampil dalam KRCI, harus ada embel-embel Teus,’ kata Stefanus Erick, perancang robot White Maru-Teus, kepada Jawa Pos kemarin (21/3).

Pada tahun ini, Ubaya sengaja tidak turun di nomor KRI. Sebab, untuk bisa tampil di KRI, peserta harus memiliki lahan khusus untuk uji coba. Adapun lintasan KRI membutuhkan lahan cukup luas, paling tidak ukurannya 14 x 13 meter.

Menurut Erick, pada ajang tahun ini, Ubaya lebih fokus membidik kategori best innovation. Karena itu, tim tersebut lebih mengandalkan kreativitas rancangan. Salah satunya adalah robot rancangan White Maru. Nama itu mewakili konstruksi robot yang serbaputih. Robot tersebut hasil evolusi robot Ubaya pada KRCI tahun lalu, yaitu Bledux.

Sesuai ketentuan, robot yang tampil dalam KRCI khusus nomor expert single harus mampu mencari boneka dan bisa memadamkan api. Nah, White Maru memanfaatkan alat-alat sederhana yang mudah dijumpai. ‘Kami pakai alat sederhana tapi lucu,’ ujar Erick.

Untuk membuat alat pemadam api tersebut, timnya memadukan alat semprotan air dengan sensor otomatis. ‘Kalau yang saya tahu, masih banyak yang memadamkan api dengan angin. Nah, kalau kami mencoba air,’ jelasnya.

Kelebihan lain, tambah mahasiswa semester delapan itu, sang robot bisa bergerak ke segala arah. ‘Biasanya hanya bergerak maju mundur saja. Tapi punya kami, bisa maju mundur, ke kanan kiri, belok, hingga memutar. Semua arah bisa karena timnya menambahkan sensor kompas digital,’ tambahnya.

Masih ada robot cerdas lain, yakni Red Light-Teus, karya Ardhitya. Mahasiswa semester enam itu merancang robot pintar dalam senior beroda dengan kecepatan luar biasa. ‘Robot saya ini gila-gilaan. Kerjanya sangat cepat,’ jelasnya. Kecepatan itu dipicu hasil menggabungkan peralatan mobil mainan ke sistem kerja robot.

Kelompok lain yang memamerkan diri adalah robot Blue Duck-Teus yang terjun di senior berkaki. Selain mampu melumpuhkan banyak tantangan, sang robot mempunyai kaki-kaki yang unik mirip bebek. ‘Jalannya juga megal-megol mirip bebek,’ tuturnya.

Tahun sebelumnya, Ubaya sukses menerapkan robot dengan sistem kaki mirip serangga yang berkaki banyak. Tapi tahun ini, dicoba lebih menantang dengan sistem robot berkaki dua mirip angsa.

Robot-robot tersebut masih terus diuji coba di laboratorium kampus Ubaya Tenggilis. Di dalam lab, pihak kampus sampai membangunkan lintasan khusus untuk uji coba robot cerdas tersebut. ‘Setiap ada perbaikan, bisa langsung kami evaluasi,’ jelasnya.

Semua anggota tim Ubaya mengakui bahwa merancang robot membutuhkan waktu dan biaya. ‘Kadang kami talangi dulu, baru diganti kampus,’ ucap Stevi Anggun Mulya, anggota tim lain. Untuk membuat robot cerdas, memang yang paling memakan biaya adalah belanja sensor. ‘Satu sensor tiga ratus ribu rupiah. Padahal, satu robot bisa pakai 10 sensor,’ lanjutnya.

dikutip dari harian Jawapos, Sabtu 22 Maret 2008