Program yang diciptakan Purnomo Kristanto, mahasiswa jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Surabaya ini boleh jadi akan menjadi ‘musuh bebuyutan’ bagi para pengelola stasiun televisi maupun pemasang iklan.
Purnomo mengakui, saat ini software buatannya memang baru bisa digunakan atau dijalankan dengan cara menghubungkannya secara paralel antara TV dengan komputer atau laptop.
‘Di samping televisi memang harus ada komputer atau laptop agar televisi bisa mendeteksi tayangannya berupa acara atau iklan. Tapi sekali lagi saya tidak ada kepentingan bisnis apa pun,’ jelas Purnomo dalam perbincangannya dengan detikcom, Rabu (18/4/2007).
Untuk mempermudah penggunaan program ciptaannya, Purnomo mengatakan, software tersebut bisa dimasukkan atau ditambahkan ke dalam pesawat televisi melalui IC (integrated circuit), sehingga televisi bisa bekerja otomatis untuk mendeteksi tayangan iklan atau bukan.
‘Dalam tugas akhir yang saya buat, hanya ada satu stasiun televisi yang tidak bisa terdeteksi yaitu Trans TV. Sebab logonya konstan. Sedangkan logo TV lainnya berubah-ubah ketika tayangan acara dengan iklan,’ kata Purnomo.
Dia menjelaskan proyek ilmiahnya itu mengandalkan program Microsoft Visual C++ dan program Image Processing Analizing. Sebelum membuat software yang telah mengantarkannya mendapat nilai AB untuk penyusunan tugas akhir ini, ia melakukan upaya pengenalan gambar-gambar yang muncul di layar televisi.
Hasilnya, ia menemukan jika logo dari stasiun televisi dapat dikenali untuk membedakan apakah stasiun televisi itu sedang menyiarkan iklan atau menayangkan sebuah acara.
‘Untuk itulah akhirnya saya mencoba menggunakan parameter logo dari stasiun televisi untuk membuat program pengalih iklan secara otomatis pada
acara televisi. Dimana saat tayangan acara berlangsung, maka logo berwarna biru lebih dominan dan pada saat tayangan iklan logo berwarna berubah transparan,’ katanya.
Dari perubahan logo pada stasiun televisi ini kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik image processing dan metode tambahan secara statistik, untuk melakukan pemrosesan data.
Purnomo menegaskan, dirinya tidak mempunyai pretensi apa pun dengan rancangan software pendeteksi logo ini. Alasannya program ciptaannya itu hanya untuk kenyamanan penonton televisi yang tidak ingin terganggu iklan saat sedang asik menonton televisi.
‘Jujur saja, bagi sebagian orang keberadaan iklan di sela-sela acara TV
dianggap mengganggu keasyikan saat menonton,’ tambahnya.
Selain itu, ada tujuan mulia di balik niatnya menciptakan program tersebut. Purnomo menilai iklan-iklan di TV terkadang menonjolkan hal-hal negatif, karena penyampaian informasi tentang suatu produk dikemas sedemikian hingga menarik perhatian orang tanpa memperhatikan etika, norma kesopanan, dan moral.
Saat ini Purnomo tengah menunggu keputusan dari Nanyang Technological
University, Singapura (NTU) untuk bisa melanjutkan di program S2. (fat/nks)